Total Tayangan Halaman

Kamis, 14 Juli 2011

Opex dan Capex

Anda mungkin pernah mendengar tentang Capex dan Opex ketika membaca majalah bisnis dan ekonomi. Apa sebenarnya artinya?
Capex dan Opex umumnya istilah yang digunakan perusahaan-perusaahan besar saat ia menyusun budgetnya di awal tahun. Perlu diingat, bahwa perusahan besar umumnya tidak mengeluarkan biaya sewaktu-waktu (arbitrarily) sepanjang tahun. Mereka punya tim yang menyusun planning untuk budget pada awal tahun. Perusahaan yang well-established bahkan membuat anggaran selama 10 tahun. Namun tiap awal tahun, mereka memodifikasinya jika perlu, sesuai dengan proyek yang merek dapatkan, maupun perubahan-perubahan (peningkatan konsumen, perubahaan peraturan pemerintah, perubahan strategi pasar). Budget ini menjadi patokan untuk kegiatan tiap bulan. Tentu budget ini tidak selalu terpenuhi. Terjadi hal-hal yang disebut monthly over/under budget. Variance over/under tersebut dianalisis dengan membandingkan nilai budget tahunan dan forecast dari bulan sebelumnya. Kemudian dicari tahu apa yang membuat budget tidak terlaksana sebagaimana semestinya. Ini disebut variance analysis. Kemudian sisa budget hingga akhir tahun tentu harus dihabiskan. Oleh sebab itu, pada bulan depannya budget yang ada harus dipakai untuk mengoreksi kelebihan/kekurangan budget sebelumnya. Seringkali untuk memastikan pencapain budget, perusahaan membuat kontrol dengan membuat forecast. Forecast biasanya berisi nilai aktual dari awal tahun hingga bulan yang berlangsung ditambah dari bulan berlangsung hingga akhir tahun. Proses forecast dan budget ini dilakukan oleh tim finance yang menjadi pengontrol dan planner dalam suatu perusahaan.
Lalu dimanakah letak Capex dan Opex dalam susunan proses tersebut;
Secara sederhana Capital expenditure adalah alokasi yang direncanakan (dalam budget) untuk melakukan pembelian/perbaikan/penggantian segala sesuatu yang dikategorikan sebagai aset perusahaan secara akuntansi. Perlu diingat tidak semua perusahaan menggunakan capital expenditure dalam budget. Umumnya adalah perusahaan yang telah memiliki basis konsumen jangka panjang maupun jangka pendek (namun stabil) serta menggunakan modal (kapital) dalam jumlah yang besar. Seperti industri minyak dan gas, telekomunikasi dan alat-alat berat.
Sedangkan Operating expenditure adalah alokasi yang direncanakan dalam budget untuk melakukan operasih perusahaan secara normal. Dengan kata lain operating expenditure (biaya operasi) digunakan untuk menjaga kelangsungan aset dan menjamin aktivitas perusahaan yang direncanakan berlangsung dengan baik. Karena sifatnya biaya sehari-hari maka biaya operasi tidak meliput pajak pendapatan, depresiasi, dan biaya financing (bunga pinjaman).
Ilustrasi sederhana tentang biaya modal (capital expenditure) dan biaya operasi (operating expenditure):
  • Jika kita membeli telepon, kita sedang membeli aset fisik, maka kita bisa menganggapnya sebagai biaya modal (capital expenditure), sedangkan pada akhir bulan kita akan membayar tagihan telepon akibat aktivitas bisnis kita dengan menggunakan telepon, maka tagihan telepon bisa dikatakan biaya operasi (operating expenditure).

  • Illustrasi lain, adalah mesin printer. Saat kita membelinya kita akan menganggapnya sebagi aset (Dalam neraca, kita menulis sebagai neraca; dalam tabel budget, kita menilainya sebagai biaya modal). Aset tersebut diperoleh dengan mengeluarkan biaya modal. Sedangkan saat kita membeli tinta dan kertas, kita menggunakanya sekali saja untuk kegiatan bisnis sehingga dikategorikan biaya operasi.
Perlu diingat memang istilah biaya operasi dan biaya modal tidak kita temukan dalam neraca perusahaan atau laporan keuangan. Kedua istilah biaya operasi (operating expense) dan biaya modal (capital expense) akan kita temui ketika kita berhadapan dengan hal-hal yang berhubungan dengan sisi akuntansi biaya (cost accounting) dalam suatu perusahaan.
Demikian penjelasan tentang Capital Expenditure dan Operating Expenditure versi saya. Semoga dapat membantu kita untuk memahami dunia bisnis dan ekonomi.

Rabu, 06 Juli 2011

Regresi Linear dalam Six Sigma

Metode Regresi Linear dalam Six Sigma:

Teknik regresi adalah pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan relasi matematis antara variabel output (y) dengan variabel input (x).
Diantara banyak model regresi ini, analisa yang paling umum digunakan adalah model Regresi Linear karena hubungan antara dua variabel (x dan y) merupakan sesuatu yang umum dalam kehidupan sehari-hari, misal hubungan antara inflasi dengan kenaikan harga barang, kenaikan harga minyak dengan harga sembako, dll.

Sebenarnya konsep regresi ini sangat dekat hypothesis test dalam menentukan apakah dua variabel yang kita analisa saling berkaitan.
Rumus umum regresi linear secara sederhana dapat dituliskan sbb:

Yi = b0 + b1xi + e1

yaitu:
Yi = nilai perkiraan dari variabel output
b0 = titik singgung persamaan dengan sumbu y
b1 = koefisien yang menunjukkan gradien persamaan tsb
xi = nilai variabel input
ei = nilai residual (nilai yang menunjukkan perbedaan antara nilai actual (Y) dan nilai perkiraan (Yi) yang dihasilkan oleh model tsb.

Ada software matematika untuk pendekatan metoda ini yaitu program Minitab 14 yang akan memunculkan analisa dari rumus tsb lengkap beserta grafik dalam bentuk regresi linear.

Model regresi linear ini hanya cocok digunakan untuk menganalisa suatu hubungan antara input dan output yang terdiri dari masing-masing satu variabel. Pertanyaannya sekarang, bagaimana jika kita mempunyai banyak varibel input namun kita tidak tahu variabel mana yang mempengaruhi keluaran proses tsb..??

Contohnya, bagaimana mengukur kenaikan gaji (Y) dengan besar inflasi (x1), produktifitas karyawan (x2), keuntungan perusahaan (x3), performance appraisal (x4)..??
Jika banyak pengukuran seperti ini, sudah tidak layak menggunakan analisa regresi linear, namun kita gunakan Multiple Regression (regresi kompleks) dan untuk mengulas metoda yang satu ini, silahkan bapak ibu mencari literatur mengenainya...hehehe...

Demikian dan semoga bisa sedikit menambah wawasan bapak ibu sekalian.

Salam
Santo AS
Belajarlah sampai liang kubur...pepatah yang sering kita dengar dan agak membuat kita bosan mendengar petuah-petuah usang seperti itu.

Saya sedang belajar membuat blog. alasan saya membuat blog ini bukan karena ingin mendapatkan penghasilan di dunia maya, namun hanya keisengan saja dan meyalurkan hobby menulis (walaupun tiap kali menulis tidak pernah tamat, selalu kehabisan ide di tengah jalan).

Tolong ajari saya karena saya tidak pernah lelah untuk belajar apapun itu.

Salam
Santo AS